Selasa, 19 Mei 2009

IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR


Friday, December 08, 2006

Iman Kepada Qadha dan Qadar

Definis:


Menurut buku paket Al Islam terbitan Suara Muhammadiyah:

“Mempercayai bahwa Alah telah menetapkan segala yang berkenaan dengan manusia baik dan buruknya (menurut kesan mata manusia) semenjak zaman azali, sebagiannya tidak dapat berubah dan sebagian lainnya masih dimungkinkan berubah didasarkan pada keinginan manusia”.

Qadar, Taqdir, dan Takdir

Dan (Allah) menetapkan qadar-qadar untuk mereka.”

Penjelasan tentang takdir dengan menghadirkan bagian yang paling mendasar dari keimanan kepadanya; yang disepakati oleh seluruh umat Islam, kecuali golongan yang secara ekstrim menolak adanya takdir Sang Pencipta. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menciptakan semua makhluk dan Dia mengetahui keadaan mereka baik secara global maupun terperinci, bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menentukan qadar-qadar bagi mereka (di sini sengaja tidak digunakan kata takdir supaya selanjutnya tidak disamakan antara qadar, taqdir, dan takdir; karena memang berbeda).

Sebelum Langit dan Bumi Diciptakan

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Amru bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis miqdar-miqdar semua makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim No: 4797)

Ulama Ahlussunnah menjelaskan bahwa penulisan ini adalah penulisan ilmu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ tentang semua makhluk-Nya di Lauh Mahfuzh. Inilah yang disebutkan oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dalam firman-Nya,

Dan di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (juga), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)

Kadar dan Ketetapan

Selain pada hadits di atas kata miqdar disebut oleh Allah tiga kali di dalam al-Qur’an; yaitu dalam surat Ar-Ra’ad: 8, As-Sajdah :32, dan Al-Ma’arij :4. Penyebutan kata miqdar dalam ketiga surat ini sama-sama bermakna kadar atau ukuran, bukan ketetapan.

Kata qadar dan taqdir serta kata-kata yang merupakan kata turunan dari keduanya menjelaskan salah satu dari dua makna: kadar atau ukuran dan ketetapan atau ketentuan Allah. Di antara ayat-ayat yang bermakna kadar atau ukuran adalah:

Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang memberi kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS. Al-A’la: 2-3)

Dan Dia menetapkan kadar-kadarnya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan: 2)

Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.” (QS. Al-Muzzammil: 20)

Adapun sebagian ayat yang berarti ketetapan atau ketentuan adalah:

Kecuali istrinya (Luth); kami telah menentukan bahwa sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama orang-orang kafir lainnya).” (QS. Al-Hijr: 60)

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.” (QS. Al-Waqi’ah: 60)

Dan ketetapan Allah Subhânahu wa Ta’âlâtu adalah ketetapan yang pasti berlaku.” (QS. Al-Ahzab: 38)

Dari mana kita tahu perbedaan makna dari ayat-ayat di atas? Tentunya dari para ahli di bidangnya, para mufassir. Itulah sebabnya menurut ahlussunnah memahami Al-Qur’an tak cukup berbekal kemampuan berbahasa Arab saja. Keterangan dari para mufassir mesti diperhatikan jika tidak ingin tersesat.

Maksud kadar atau ukuran di sini adalah bahwa dalam menciptakan makhluk-makhluknya Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah mengukur dan menakar kadar semua makhluk sesuai dengan hikmah-Nya. Dari sini terciptalah keseimbangan di jagat raya ini. Misal dari pengukuran ini adalah penciptaan lalat. Dalam berkembang biak lalat menghasilkan jutaan telur. Tetapi lalat tidak dapat bertahan hidup lama. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengukur umurnya tak lebih dari dua minggu. Seandainya lalat diberi umur panjang, beberapa tahun misalnya, maka pastilah bumi ini dipenuhi oleh lalat, dan kehidupan sekian jenis makhluk, khususnya manusia akan menjadi mustahil.

Contoh lainnya adalah ular. Ular adalah salah satu binatang yang oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ diberi senjata untuk melindungi diri dari kepunahan. Dari sekian banyak jenis ular Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengukur dengan memberikan bisa atau racun yang berbahaya bahkan mematikan kepada ular-ular berukuran kecil. Sedangkan ular-ular yang berukuran besar Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menciptakan mereka dengan otot yang sangat kuat yang biasa dipakainya untuk membelit musuh atau mangsanya sampai lemas, tetapi jarang sekali yang berbisa mematikan.

Sedangkan yang dimaksud dengan ketetapan bukanlah paksaan seperti dipahami oleh golongan Jabriyyah, melainkan bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menciptakan semua makhluk dengan ilmu-Nya yang sempurna dan meliputi segala sesuatu yang ditulis-Nya di Lauh Mahfuzh; sehingga semua yang terjadi adalah yang telah diketahui oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan ditulis-Nya di sana. Maknanya, apa pun yang akan terjadi pada diri kita dan apa pun yang akan kita lakukan, baik itu perbuatan baik atau buruk, semua sudah diketahui oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan telah tertulis di Lauh Mahfuzh.

Meyakini dua sisi cakupan iman kepada takdir ini wajib bagi setiap muslim yang mengaku sebagai ahlussunnah wal jamaah.


Hikmah Tasyri’

Ada beberapa hikmah dari disyariatkannya iman kepada takdir. Hikmah yang dapat dipetik oleh orang-orang yang benar-benar percaya kepadanya. Di antara hikmah-hikmah itu adalah;

  • Meningkatkan etos kerja dan optimisme dalam diri. Penghayatan seorang mukmin bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah ditetapkan kadarnya akan membuatnya bekerja dengan sebaik-baiknya. Sebab ia tahu, semakin ia bersungguh-sungguh semakin dekatlah ia ke pintu kesuksesan dan keberhasilan. Itulah kadar yang ditetapkan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

  • Memupus kekecewaan. Meskipun Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menentukan kadar-kadar yang salah satunya adalah hukum sebab akibat, terkadang buah usaha tidak tercapai. Inilah kegagalan.Orang yang tidak percaya kepada takdir atau percaya tetapi tidak utuh akan mudah berputus asa dalam kondisi demikian. Bahkan tidak sedikit yang mencoba untuk bunuh diri. Berbeda halnya dengan orang yang imannya benar. Orang yang beriman paham benar bahwa yang bisa dilakukannya hanya berusaha. Allah-lah yang menentukan. Itu pun masih ditambah dengan adanya kabar gembira dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, bahwa itu adalah ujian. Ada pahala tersendiri jika kita bersabar. Pun yang dinilai oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ adalah upaya kita bukan hasil.

  • Memupuk rasa syukur kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Saat seseorang memperoleh hasil kerja yang memuaskan setelah dibantu oleh orang lain, dia akan dinilai sebagai orang yang berakal jika ia berterima kasih kepada yang telah membantunya. Maka dari itu orang yang beriman kepada takdir akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur. Sebab semua usaha dan upayanya untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat, tak satu pun yang lepas dari takdir Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Belum lagi jika usaha yang kecil berbuah besar.

  • Menumbuhkan keberanian. Dalam berpegang atau menyampaikan kebenaran terkadang seseorang dihadapkan pada kekuatan tirani yang kejam. Jika ia seorang yang percaya bahwa semua telah diketahui dan ditulis oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, dia tidak akan lagi takut kepada apa pun termasuk kematian. Asalkan sudah mengupayakan cara terbaik yang sesuai dengan aturan syariat, apa pun hasilnya bukan masalah baginya.

  • Mengikis kesombongan. Seorang yang beriman mengerti bahwa capaian yang diraih seseorang baik itu berupa harta kekayaan, jabatan, atau pun segala sesuatu yang bisa disombongkan, semua itu tidak ada yang terlepas dari takdir dan izin Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Semua dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Karenanya siapa yang hendak takabbur mestinya malu kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.


Wallahu a’lam.
Dari berbagai sumber

CATEGORIES: HOME BISNIS MOSLEM HOBBY

Tidak ada komentar: